25 April 2022. Mengingat penelitian terapan semakin dibutuhkan oleh masyarakat dan civitas akademika, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) IPB kembali menyelenggarakan Workshop Metodologi Bagi Peneliti Terapan. Sebagai kelanjutan dari riset dasar, penelitian terapan memiliki peran penting karena harapannya setelah dilaksanakannya penelitian ini akan didapatkan solusi dari suatu masalah yang ada di masyarakat, industri, ataupun pemerintahan.
Workshop Metodologi Bagi Peneliti Terapan dari P2SDM IPB ini diselenggarakan selama tiga hari yakni dari tanggal 25 hingga 27 April 2022. Kegiatan dari dua hari pertama berupa penyampaian materi dan diskusi, serta di hari ketiga akan dilaksanakan Uji Kompetensi Skema Peneliti Terapan Dasar dengan ISO/SNI 17024. Kegiatan hari pertama dimulai pukul 08.00 WIB oleh Ibu Hj. Irma Yanthi dan dihadiri oleh 58 partisipan. Setelah Bapak Dr. Amiruddin Saleh, M.Si. memberikan sambutan, acara diserahkan kepada moderator yakni Ibu Ir. Mintarti, MSi.
Pembahasan pertama di workshop ini adalah mengenai konsepsi penelitian terapan atau paradigma penelitian terapan untuk kesejahteraan masyarakat. Materi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) yakni Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya. Sedangkan pembahasan kedua di pagi hari ini adalah tentang peta jalan penelitian terapan yang disampaikan oleh Prof Dr. Aris Purwanto dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB.
Peta jalan atau roadmap penelitian terapan berisikan gambaran yang jelas tentang rencana kegiatan penelitian yang diusulkan dalam rentang waktu tertentu. Selain itu, roadmap penelitian juga mencakup rekam jejak penelitian yang telah dilakukan peneliti. Dalam penyusunan roadmap penelitian, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni: bidang keahlian dosen, prioritas penelitian, tren penelitian, kebutuhan penelitian dan ketersediaan peralatan yang dibutuhkan. Harapannya, hasil dari roadmap penelitian nantinya layak untuk dipublikasi dalam jurnal imiah, layak dipatenkan, serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Bagaimana kalau roadmap penelitiannya meliputi banyak bidang?” tanya salah satu peserta. Bapak Aris menjelaskan bahwa hal itu tidak menjadi masalah selama topik atau bidang penelitian yang diajukan sesuai dengan track record bidang dari peneliti.
“Saya pernah mengajukan roadmap penelitian, tapi tidak lolos. Penyebab tidak lolos itu dikarenakan penelitian yang saya ajukan, tidak sesuai dengan lintas bidang saya,” imbuh Bapak Aris menambahkan. Beliau menekankan kepada peserta untuk mengajukan topik penelitian sesuai dengan bidang keahlian peserta.
“Dari yang Bapak jelaskan, terdapat beberapa tipe roadmap penelitian. Ada yang berfokus kepada luaran saja, ada yang mencakup luaran dan kegiatan, ada juga yang menambahkan track record peneliti. Kira-kira reviewer lebih tertarik dengan tipe roadmap seperti apa ya Pak?” peserta lain bertanya kepada Bapak Aris.
Sebagai reviewer juga, Bapak Aris menjelaskan bahwa reviewer akan melacak rekam jejak dari pengusul. Tujuannya agar jika proposal itu diloloskan, peneliti tersebut mampu menyelesaikan sesuai dengan tujuan dan target penelitiannya.
“Apapun yang disampaikan dalam roadmap penelitian, asalkan sesuai rekam jejak, akan dipahami oleh reviewer. Reviewer tidak terlalu berfokus pada warna, gambar, dan unsur tambahan lainnya dari roadmap tersebut,” Bapak Aris menjelaskan.
“Jadi sekali lagi, yang dicermati oleh reviewer adalah track record peneliti, agar jika penelitian tersebut didanai, maka peneliti mampu menyelesaikan penelitian tersebut sesuai dengan tujuannya. Jangan sampai kita mengklaim ada rekam jejak di bidang yang diajukan, tapi ternyata setelah dicek reviewer, tidak ada track record tersebut baik di curriculum vitae ataupun di publikasi,” imbuh Bapak Aris menambahkan.
Selanjutnya Bapak Aris juga memberikan beberapa contoh roadmap penelitian di bidang beliau, yakni bidang saintek. Maka beberapa peserta menanyakan terkait roadmap penelitian di bidang sosial humaniora, “Apa ada perbedaan signifikan antara roadmap penelitian sosial dari saintek?” Bapak Aris menanggapi bahwa pada dasarnya, roadmap penelitian di kedua bidang tersebut sama saja, tidak berbeda. Reviewer akan sama-sama melihat apa targetnya, bagaimana track record peneliti, dan seterusnya. Hanya saja kalau penelitian terapan humaniora itu outputnya berupa naskah kebijakan, naskah akademik, dan sebagainya. Semoga kegiatan di pagi hari ini menjadi pengawal yang baik bagi peserta dalam memahami metodologi penelitian terapan. (farh)