BOGOR-7 Oktober 2023 P2SDM IPB University melaksanakan seminar nasional Strategi Indonesia Emas 2045: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting, di Hotel Padjajaran, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh keynote speech dan beberapa narasumber yang ditunjuk untuk melakukan presentasi dengan dipimpin oleh seorang moderator.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu (7/10/2023) secara hybrid mulai dari pukul 07.30 WIB hingga 12.00 WIB dengan dipandu oleh MC yaitu Hj. Irma Yanti dengan pembukaan awal dari Dr. Ir. Amiruddin Saleh, M.S. selaku Kepala P2SDM IPB, keynote speech dari Rektor IPB University yaitu Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si., dan Bapak Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP selaku Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan sekaligus sebagai Sekretariat Wakil Presiden RI/Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Acara ini diikuti dari kalangan Perguruan Tinggi (PT), instansi pemerintah, NGO, dan dinas-dinas yang terkait. Kegiatan ini dibuka dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagu IndonesiaRaya. Sambutan sekaligus pembukaan diberikan oleh Amiruddin dengan menjelaskan terkait dengan outline dan output dari seminar nasional.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan yang paling utama harus diawali dengan pembangunan sumber daya manusia. Potensi Indonesia sangat bagus untuk memulai awal dari generasi emas 2045. Namun, hal tersebut dapat menjadi bencana jika potensi tersebut tidak dapat dimaksimalkan.
Kemiskinan ekstrem dan stunting perlu diperhatikan agar Indonesia bisa mendapatkan bonus demografi yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Penyakit seperti gizi buruk, keterbelakangan mental, dan rendahnya kemampuan belajar akan sangat berbahaya jika terdampak oleh anak-anak. Hal ini menjadi tujuan utama dilaksanakan seminar nasional untuk menemukan solusi dari permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si. selaku keynote speech menjelaskan bahwa salah satu tanggung jawab dalam pembangunan di Indonesia adalah mengatasi kemiskinan. Kemiskinan dibagi menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan relatif dapat mengancam stabilitas ekonomi sedangkan kemiskinan absolut tidak selalu berkaitan dengan kapital, melainkan juga berkaitan dengan gizi. Pemerintah sangat serius dalam mengatasi masalah stunting agar kemiskinan dapat menurun. Stunting dapat diatasi juga dengan diversifikasi pangan agar ketergantungan dapat hilang pada satu pemasok pangan yaitu beras.
Pemerintah juga wajib berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi (PT) untuk memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk para masyarakat miskin sehingga kemiskinan dan stunting dapat dikurangi dari tingkat terkecil yaitu keluarga.
Penjelasan terkait dengan kemiskinan ekstrem dan stunting diawali oleh Bapak Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP selaku perwakilan dari Wakil Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Bidang Advokasi dan Kepemimpinan. Beliau menjelaskan terkait dengan “Visi Indonesia Emas 2045” yang berkorelasi dengan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Kemiskinan ekstrem pada Maret 2023 mencapai 1,12 dengan perbandingan pada September 2022 menurun sampai 1,74. Hal tersebut merupakan kabar positif sehingga dapat diperkirakan bahwa pada tahun 2024 akan kembali menurun mencapai 0,3. Kemiskinan ekstrem tidak bersifat stagnan karena adanya moving-in dan moving-out disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kemiskinan.
Kemiskinan ekstrem dapat menyebabkan peningkaatan angka stunting sehingga stunting perlu dicegah dari penyebab-penyebab adanya kemiskinan ekstrem. Tantangan utama dalam percepatan penurunan angka stunting adalah kolaborasi, koordinasi antar stakeholder, komitmen, penguatan pada sistem, konvergensi, dan kualitas dalam penanganan stunting.
Sambutan, keynote speech, pemaparan materi dari narasumber, dan diskusi secara hybrid mewarnai kegiatan seminar nasional kali ini. Pertanyaan yang berkaitan dengan strategi dalam menanggulangi kemiskinan ekstrem dan stunting dapat membuka perspektif dari para peserta yang hadir.
Kegiatan seminar nasional ini diharapkan mampu menjadi jalan untuk memajukan kualitas SDM di Indonesia untuk menuju Generasi Emas Indonesia 2045. Oleh karena itu, seluruh narasumber berpesan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM di Indonesia harus selalu ditingkatkan. (Arm)